Kamis, 12 Juni 2008

Global Warming : Tahun 2040, 2.000 Pulau Tenggelam

Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah suatu masalah yang perlu kita risaukan.


"Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali begitulah Anda berpikir.

Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) mempublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 ? 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.

Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.. Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C per tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung Jayawijaya di Papua.
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm.

Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.

Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara.

Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaan laut bumi terus meningkat? Termasuk laut di seputar Indonesia? Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan tenggelam.

Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai.

Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer).
Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.

Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara.

Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%), dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan.

Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca. Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim. Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal.

Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin panasnya udara Jakarta ..

Itu sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia, melainkan juga warga dunia.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih.

Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk anak-anak kita nanti.

(diambil dari beberapa sumber)

patricia

Minggu, 01 Juni 2008

tps and trick juni

Bagi anda yang suka adenium pasti tau apa itu grafting. Yupss benar grafting atau menyambung ialah mengganti bunga lama dengan menyambung batang atas bunga yang baru. Tetapi satu hal yang akan anda rasakan apalagi anda yang pemula ialah sulitnya menyambung. Pengalaman inilah yang ingin saya bagikan ke semua adenium lovers, saya sudah 2tahun ini suka ke adenium sampe-sampe ikutan milis adeniummania segala (walaupun jarang ikut bersua). Walau saya sudah 2 tahun suka adenium tapi baru-baru saja saya bisa melakukan grafting. kenapa? pertama didaerah saya susah sekali nemu batang yang bagus tuk jadi batang bawah, klo ketemu juga harus teliti milih klo asal bisa dapet batang yang diameternya kecil bgt, kedua human eror, klo saya sudah nemu batang bawah biasanya saya langsung nyambung tapi pasti gagal............

Akhirnya setelah beberapa tahun mencari permasalahannya ada beberapa faktor mengapa pemula sulit sekali menyambung adeniumnnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya menyambung, saya akan jelaskan satu-persatu.

1. Jarang latihan.
menurut saya inilah yang paling bahaya, jarang latihan, walau saya sudah 2 tahun suka sama adenium tapi bisa diiutng dengan jari berapa kali saya melakukan sambung-menyambung adenium, dan lebih mudah dihitung lagi berapa kali saya berhasil menyambung tanaman sukulen itu.

2. Alat yang tidak steril
alat yang tidak steril biasannya menjadi penghantar yang cepat dan ampuh untuk menyebarkan bakteri. Kenapa? pada saat melakukan pemotongan, bakteri maupun virus akan mudah masuk melalui jaringan sel. Cara yang paling mudah untuk membunuh bakteri tersebut ialah dengan pengolesan alkohol 70% pada permukaan pisau dan mata pisau.

3. Alat potong yang tidak tajam
Biasannya pada saat pemotongan kita memotong dengan pisau, cuuter, silet, ect. Namun syarat utama yang harus dimiliki alat pemtong ialah ketajamannya. Karena blia tidak tajam, pada saat pemotongan jaringan akan sangat mudah rusak. Makanya lebih baik jika hendak memotong asahlah pisau anda terlebih dahulu.

4. Pengikatan sungkup pada posisi yang salah
Hal ini yang paling sering terjadi. Pada saat melakukan sungkup untuk menjaga kelembaban, seringkali pengikatan dilakukan tepat pada luka sayatan. Pada saat malam atau siang hari, plastik pembungkus akan berembun dan akhirnya terkumpul menjadi air karena adanya penguapan. Air yang nantinya terkumpul akan jatuh ke posisi terbawah, jika pengikatan dilakukan seperti yang saya katakan, maka dapat dipastikan luka akan terkena air dan akhirnya membusuk.

5. Ikatan grafting yang tertutup rapat
Pada saat plastik menutup rapa luka, terdapat ruang hampa. Didalam ruang hampa ini, akan terjadi pengembunan dan akhirnya embun itu menjadi air dan air tersebut akan mengenai luka sayatan yang kita buat lalu dapat dipastikan sambung yang kita buat akan gagal.

6. Kelembaban yang tak terjaga.
Terkadang setelah semua selesai kita lakukan dengan benar, penempatan adenium yang kita grafting menjadi suatu hal yang kita abaikan. Letakkan adenium yang baru di sambung di baawah naungan 50% intensitas cahaya matahari atau hanya terkena cahaya pagi saja. suhu yang berlebihan dapat menyebabkan penguapan didalam sungkup plastik sehingga menyebabkan pengembunnan yang berlebihan.